Minggu, 22 Agustus 2010

We Got Married Part 12

Annyeong hashimnikka chingudeul.... *formal bgt*

Kali ini, saya Lulu Auliyah MS mau posting cerita gila ini... hahahahahahahahha tapi beberapa part terakhir ini kurang ya kegilaannya... wkwkwkwkwk

Ya sudahlah, langsung saja...


Ide cerita: Lulu, Nden, Rahmi

Penulis: Lulu

Editor: Nden

Penyunting akhir: Rahmi



Seperti sinar mentari yang hangat, seperti kerlip bintang di langit malam, dan seperti itulah cintaku padamu tulus mengalir di sungai hatiku.



Kim bum membuka matanya perlahan-lahan, remang-remang ia menatap sekitarnya. Sebuah tempat yang terasa asing baginya. Kim bum berusaha untuk bangun tapi dicegah oleh seorang kakek tua yang ada di hadapannya.

“hei kau jangan bangun dulu, kau masih belum sembuh benar.” ujar kakek tersebut.

“maaf tapi di mana sekarang aku?” Tanya kim bum dengan nada suara yang serak.

“kau aman di rumahku. Perkenalkan aku kakek jung dan ini istriku kau bisa memanggilnya nenek han juga ini cucuku namanya dilla, dan satu lagi penghuni baru kami …loh ke mana gadis itu?” ujar kakek jung sembari mencari-cari so eun.

“dia kusuruh untuk membawakan air hangat untuk pemuda ini.” ujar nenek han.

“maaf, kau bilang tadi kau dilla? Apa kau yang tadi aku telepon?” Tanya kim bum

“iya betul. Aku tidak menyangka ternyata Anda adalah seorang penyanyi. Wah kami sangat senang sekali kedatangan tamu seperti Anda.” tukas dilla.

“iya, aku salah satu penggemarmu, apalagi saat tadi kau bernyanyi aku sangat tersentuh. Rasanya aku ingin menangis melihat kau begitu menghayatinya.” ujar nenek han,

“ah terima kasih. Tapi apakah so eun berada di sini?” Tanya kim bum

Tok tok tok …. So eun mengetuk pintu kamar dan kemudian masuk sambil menutup wajahnya dengan menggunakan masker. “ini air hangatnya.” ujar so eun yang berusaha mengubah sedikit suaranya.

Kim bum reflek bangkit dari tidurnya, ia tidak peduli dengan pinggangnya yang sakit, kim bum memeluk so eun tapi dilepaskan oleh so eun, “maaf tuan, saya bukan kim so eun, kami hanya mirip saja.” ujar so eun berusaha menutupi jati dirinya.

Pletak …. Jitakan mantap kali ini dihadiahkan kim bum pada so eun, reflek so eun menatap kim bum, tapi segera ia menunduk “kalau kau bukan so eun kenapa kau tau kalau aku kemari mencari kim so eun? Mencurigakan sekali.”ujar kim bum. Ia pun menyelidik ke wajah so eun. So eun masih terus berusaha menutupi wajahnya.

“kenapa kau memakai masker seperti itu? Buka saja, aku tau kau pasti so eun.” ujar kim bum dan memaksa so eun membuka masker tersebut.

Tapi so eun berusaha menghindar namun kim bum tak mau kalah ia yakin benar bahwa gadis yang ada di hadapannya pasti adalah so eun. Kakek jung, nenek han dan juga dilla hanya melongo melihat aksi mereka yang seperti anak kecil.

Kim bum pun melompat ke arah so eun sehingga so eun membentur tembok. Kim bum pun memeluk so eun dan melepaskan maskernya. “jackpot. Aku benar ternyata kau so eun.” ujar kim bum kegirangan.

“ciiihhh …. Mau apa kau kemari hah?” ujar so eun kesal.

“tentu saja mencarimu, memangnya mau apalagi?” jawab kim bum

“mau apalagi kau mencariku? bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan. Kalau kau pikir kau ingin menghancurkan hatiku, kau berhasil.” ujar so eun dan berlari menangis keluar.

Kim bum ingin mengejarnya namun dicegat oleh kakek jung. “kau belum sembuh benar. Biar nenek dan dilla yang menenangkan so eun.” ujar kakek jung dan membantu kim bum untuk rebahan kembali. Sedangkan nenek jung dan dilla pun menghampiri so eun yang menangis di luar.


*******************************

Di rumah ji yeon

“nona ada yang mencari nona di luar.” ujar pembantu ji yeon

“ah iya tunggu sebentar aku akan ke sana.” jawab ji yeon dari balik pintu kamarnya.

Ji yeon pun turun menuju ruang tamunya dan didapatinya seung ho tengah berada di sana. “seung ho, ada apa kemari?” Tanya ji yeon.

“aku ingin minta bantuanmu lagi, maukah ?” ujar seung ho dengan tatapan sayu,

Tentu saja ji yeon mengangguk karena ia tidak bisa melihat seung ho bersedih seperti itu.

“aku mohon beritahu aku di mana so eun berada sekarang ini.” ujar seung ho

“tapi aku …. Aku …..” gumam ji yeon

“aku tahu, kau pasti mengetahui di mana so eun berada. Aku mohon bantulah aku untuk menemukan so eun. Aku benar-benar khawatir pada keadaannya.” ujar seung ho sambil meratap.


Ji yeon bingung dengan semua ini, karena ia telah berjanji bahwa tidak akan mengatakan pada siapa pun di mana so eun berada kini. Tapi ia juga tidak tega melihat wajah seung ho yang mengkhawatirkan seperti itu karena mencari so eun. Terlebih beberapa hari ini pun seung ho juga ikut mencari keberadaan so eun. Dan seung ho sempat berkelahi dengan kim bum karena ia menganggap kim bum adalah salah satu penyebab dari kaburnya so eun.

“aku mohon, aku sangat merindukan so eun.” ujar seung ho dengan wajah memelas dan memegang tangan ji yeon.

Ji yeon menatap lembut mata seung ho, dilihatnya ketulusan. Sebenarnya sangat sakit bagi ji yeon untuk menerima semua ini. Seung ho begitu menyayangi so eun, bukan dirinya. Tapi kemudian ji yeon pun mengangguk tanda setuju.

Seung ho sangat gembira sehingga reflek ia memeluk ji yeon erat. “terima kasih ji yeon, aku tahu bahwa tidak akan sia-sia bila aku meminta bantuanmu. Aku sungguh berhutang budi padamu ji yeon.” ujar seung ho

Rasanya ji yeon ingin menangis saat itu, “ya Tuhan, apakah suatu saat seung ho akan sekhawatir ini ketika aku tidak ada?” batin ji yeon dalam hatinya.

Ji yeon pun berganti baju dan berkemas untuk pergi bersama seung ho menemui so eun di namwon.


***********************************

Triple S

“baskom imut … baskom imut … sayang anak … sayang anak … ayo murah nih murah ….” teriak lulu di kelasnya sembari mempromosikan baskom berbentuk kecil dengan gambar-gambar kartun lucu di sekitarnya.

Beberapa anak pun tertarik untuk membelinya.

“berapa harganya?” Tanya so hee

“oh ini 10 won .”ujar lulu

“ah mahal sekali. aku beli 5 yah.” ujar so hee sembari memberikan uang senilai 25 won.

“hei so hee ini uangnya kurang. Mana boleh seperti itu.” teriak lulu

“ah sudahlah harganya 5 won saja. Hhahahah ….” ujar so hee

“jahat, kalau begitu aku rugi,” gumam lulu. Namun ia tidak berani melawan karena memang ia tidak suka menyulut peperangan terlebih dengan so hee. Orang sok popular di sekolahnya.

Lulu pun kemudian melanjutkan meladeni teman-teman yang lain sambil menangis karena so hee membuatnya rugi . “terima kasih yah teman-teman sudah membeli baskom imutku.”ujar lulu diiringi linangan air mata.

Nden pun melihat kejadian tersebut. Ia pun mengejar so hee dan mengancamnya akan melaporkan hal tersebut pada bu silva. Karena so hee paling takut pada bu silva, So hee pun pasrah dan memberikan sisa uang baskomnya pada nden.

“ini uangnya dari so hee. Jangan menangis lagi.” ujar nden seraya menyerahkan beberapa lembar uang pada lulu.

Lulu menatapnya terharu ia pun mengambil uang tersebut dan memeluk nden. “huhuhuhu …. Terima kasih yah nden. Aku butuh banget kalian.” ujar lulu dalam tangisannya. Nden hanya diam sambil mengelus-elus lulu. Tidak mereka sadari rahmi dari balik pintu melihat mereka sambil mendekap beberapa bukunya. Ia pun terlihat menangis “aku kangen kalian.” batin rahmi.


*****************************

Kini kim bum sudah terlihat lebih segar, semua badan-badannya yang terasa sakit sudah agak mendingan hanya saja tangannya masih terluka sehingga dibalut dengan perban.

“hai anak muda, kau ikut bersama kakek ke ladang yah.” ajak kakek jung saat mereka tengah makan siang,

“ke ladang? Untuk apa, haraboji?” jawab kim bum

“untuk membuangmu ke sana dan supaya kau tidak kembali lagi,” ujar so eun nyamber.

“hei kau jangan seperti itu pada pacarmu. Lagipula kim bum hanya diminta menemani kakek saja di sana.” ujar nenek han.

“iya. Tapi kalau kau memang bisa, bantu aku untuk menangkap ikan disawah yah, sepertinya ikan-ikan di sana udah besar dan waktunya ditangkap.” ujar kakek jung.

“wah ikan sawah pasti enak sekali.” ujar dilla.

“nanti kau ikut bersamaku untuk memasak saja yah.” ujar nenek han pada so eun.

So eun pun mengangguk tanda setuju. Ia menatap sebentar kim bum yang tengah melihat kearahnya. So eun pun menunjukkan wajah sinisnya pada kim bum dan mengacuhkannya. Kim bum pun cemberut melihatnya.


Di sawah ..

Udara sejuk di desa membuat kim bum betah berlama-lama di sana, kini kim bum sedang membantu kakek jung untuk memanen padi. Kim bum berusaha keras agar bisa melakukan pekerjaan tersebut dengan baik, walau ia memang tidak terbiasa untuk melakukannya.

“nak, apakah kau benar-benar menyayangi so eun?” Tanya kakek tiba-tiba saat mereka tengah beristirahat di bawah pohon rindang.

Kim bum kaget mendengar kakek bertanya seperti itu, kim bum pun hanya tersenyum.

“aku bisa melihat dari cara kau melihat so eun, kau pasti sangat menyayanginya.” ujar kakek jung lagi.

“begitulah haraboji, tapi aku telah berbuat kesalahan besar padanya. Dan aku tidak tau apakah aku masih memliki kesempatan kedua lagi.” ujar kim bum

“aku rasa kau masih punya harapan. Karena aku yakin so eun pun pasti masih menyukaimu. Aku bisa melihat dari bahasa tubuhnya.” tukas kakek jung sembari mengipas-ngipas tubuhnya dengan topi.

“doakan aku, haraboji. Semoga aku masih bisa meraih hatinya, karena aku tidak tau lagi harus bagaimana kalau dia tidak memaafkanku.” ujar kim bum

“aku pasti akan mendoakan kalian, lagipula kalian pasangan yang sangat serasi aku senang melihatnya.” ujar kakek jung. “baiklah sekarang ayo kita menangkap ikannya, nanti keburu sore, kasihan nenek, dia pasti ingin segera memasaknya untuk makan malam.” tambah kakek jung.

Kim bum dan kakek jung pun menangkap ikan dengan semangatnya. Beberapa kali kim bum sempat kecolongan karena ikannya sangat lihay. Tapi dia tidak mau kalah, dan akhirnya kegigihannya itu pun menghasilkan beberapa ikan juga ditangannya. Setelah lelah menyapa dan hasil tangkapan pun memuaskan mereka pun kembali ke rumah.


Malamnya ..

Setelah selesai berbenah membereskan piring-piring selesai makan malam so eun pun pergi keluar mencari udara segar. Ia duduk di beranda rumah sambil menatap bintang malam.

Tiba-tiba kim bum pun menghampirinya sambil memakaikan selimut pada badan so eun “supaya kau lebih hangat.” ujar kim bum.

So eun pun menoleh dan tidak menolak selimut yang diberikan kim bum. Kim bum pun duduk di sebelahnya, “langit malam ini bertabur bintang yah?” ujar kim bum basa basi

“ya, tentu saja tidak seperti di kota yang bintang-bintang tertutup oleh gedung-gedung pencakar langit sehingga aku tidak bisa menatap mereka.” ujar so eun

“tapi aku masih bisa menatap bintang di manapun aku berada asalkan kau ada di sampingku, karena bintang itu adalah kau.” ujar kim bum sambil menatap so eun lembut.

“kau masih berusaha menggodaku yah? Bukankah kau sudah berhasil memenangkan taruhan itu?” ujar so eun sinis.

“memang tapi aku kembalikan lagi uang itu,” ujar kim bum

So eun kaget mendengarnya “maksudmu? Kenapa kau kembalikan lagi uang itu? Kalau begitu sia-sia aku sakit hati kalau kau tidak mendapatkan imbalannya.” ujar so eun

“bukan karena itu, tapi karena aku tahu bahwa sesuatu yang aku inginkan bukanlah uang atau kemenangan karena telah berhasil melakukan tantangan dari teman-temanku. Tapi ternyata ada hal lain yang baru aku sadari kalau sebenarnya yang aku butuhkan adalah kau.” tukas kim bum

“maksudmu?” Tanya so eun yang semakin tidak mengerti

“awalnya memang semua ini karena permainan saja, tapi ternyata bukan. Ini semua tentang hati, malam itu sebenarnya aku ingin mengungkapkan semuanya padamu termasuk masalah taruhan itu. Karena aku ingin memulai hubungan yang lebih baik, aku ingin kau benar-benar menyukaikku begitu pula dengan aku. Karena aku benar-benar menyukaimu.” ujar kim bum.

So eun hanya diam mendengarnya, ia masih mempersilakan kim bum berbicara.

“apa kau tau, saat aku mengetahui kalau kau lari. Kemudian kau hilang dan aku tidak menemukanmu, betapa hancur hatiku karena aku harus kehilanganmu, sungguh saat itu aku tidak berdaya. Yang ada dalam pikiranku hanyalah kau so eun. Aku bahkan lupa dengan semua kewajiban-kewajibanku dan pendapat orang-orang terhadapku karena yang aku tau aku hanya inginkan kamu.” ujar kim bum yang kemudian memegang tangan so eun.

So Eun kaget melihat tangannya dipegang oleh kim bum. Tapi ia tak menolak, kim bum pun meletakkan tangan so eun di dadanya “apakah kau mengerti dengan perasaanku kini?” Tanya kim bum sambil memandang lekat mata so eun.

So eun tak mengerti dengan apa yang dirasakannya, semua rasa senang, gelisah, keraguan, itu berkecamuk di hatinya. Ia tak ingin lagi terjerumus ke dalam cinta yang salah, tapi ia juga tak bisa berbohong kalau perasaannya sama seperti yang dikatakan kim bum.

So eun pun menangis tak kuasa entah apakah dia sedih ataupun senang. Kim bum pun menyeka air mata so eun, “maukah kau mengulang semuanya dari awal lagi? Hubungan yang tanpa syarat dan didasari oleh apapun kecuali karena cinta?” ujar kim bum.

So eun pun mengangguk, tak ada kata-kata yang bisa ia ucapkan hanya anggukan pelan pertanda setuju yang bisa ia lakukan. Kim bum pun mengecup lembut kening so eun beberapa lama dan memeluknya.

(huaaaaaaaaaaaa so sweet bgt nih adegan... *sambil ngebayangin *rahmi)


Tanpa mereka sadari seung ho dan ji yeon melihat mereka di balik mobil. Betapa hancur hati seung ho ketika melihat pemandangan itu, begitu pula dengan ji yeon yang kaget melihat so eun dan kim bum terlihat begitu dekat, seung ho pun melajukan mobilnya menuju sebuah tempat.

Seung ho turun dari mobilnya dan duduk di atas kap mobilnya. “apakah ini akhir dari perjuanganku?” ujar seung ho dengan mata yang berkaca-kaca.

Ji yeon pun mengikutinya, ia ikut duduk di kap mobil seung ho. Dan membelai punggung seung ho.

“apakah masih ada tempat bagiku untuk dicintai?” ujar seung ho


“masih ….” gumam ji yeon.

Seung ho menoleh ke arah ji yeon dan menatapnya lekat, “benarkah?” Tanya seung ho lagi.

“ya, karena kuyakin ketulusan itu masih ada … suatu saat nanti akan kau temukan seseorang yang pasti diciptakan Tuhan untukmu meski mungkin tak sesempurna yang kau kira dan seideal yang kau bayangkan.” tukas ji yeon membalas tatapan seung ho.

“ji yeon apakah menurutmu aku masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan so eun lagi?” Tanya seung ho

“aku rasa masih, karena itu lakukanlah semampumu tapi ingat kau harus melakukannya dengan sportif,” ujar ji yeon

“baiklah, kalau begitu aku akan berusaha sekali lagi untuk mendapatkan cinta so eun kembali. Aku ingin memastikan apakah so eun memang untukku atau bukan.” ujar seung ho.

Ji yeon pun tersenyum, sebenarnya ia ingin sekali berkata agar seung ho melihat ketulusannya, bahwa masih ada yang masih mencintainya lebih dari apapun, yaitu dia. Tapi itu tidak bisa dia ungkapkan hanya terkunci dimulutnya. Ia tidak pernah mau untuk memutuskan harapan seungho karena bagi ji yeon kebahagiaan seung ho adalah juga kebahagiaannya. Itulah yang ji yeon sebut sebagai cinta.



TO BE CONTINUED ..



Udah dulu ya ceritanya.... lanjutannya akan diposting beberapa hari ke depan....

Jangan lupa commentnya... untuk pemberi semangat....

Gomapseumnida sebelumnya...


Nb: karena susah buat masukkin lagu, jadi aku kasih liriknya aja... lagunya cari sendiri ya.. heheheh

Andai engkau tahu

Bila menjadi aku, sejuta rasa di hati

Lama tlah kupendam

Tapi akan kucoba mengatakan

Ku ingin kau menjadi milikku

Entah bagaimana caranya

Lihatlah mataku untuk memintamu

Ku ingin jalani bersamamu

Coba dengan sepenuh hati

Ku ingin jujur apa adanya

Dari hati

Kini engkau tahu aku menginginkanmu

Tapi takkan kupaksakan

Dan kupastikan, kau belahan hati

Bila milikku.. oooo

Menarilah bersamaku

Dengan bintang-bintang

Sambutlah diriku

Untuk memelukmu

(Club Eighties – Dari Hati)

2 komentar:

Zhafira mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

begitu kreatif

Posting Komentar