Senin, 02 Agustus 2010

4 Loves 1 True Love Part 5 ( Pengurus Kim, jadilah kekasihku!!!!!!!)

Annyeong mates…

Kembali berjumpa dengan saiia..hahaaha *gak ada yang nanya*

Adakah yang penasaran dengan lanjutan 4L1TL????

Langsung aja..enjoy this!!!


Perjalanan menuju Busan mereka lalui dengan acara manyun bersama. So eun dari awal cemberut tak henti, dia kesal dengan kim bum yang sepertinya telah menjebak dia. Sementara Kim bum, dingin adalah watak asli orang ini. Namun sedinginya es bisa dilelehkan juga oleh matahari, sedinginnya hati dan watak kim bum, pasti bisa luluh oleh mataharinya, Kim so eun *gak puitis banget saiia…mesti belajar ke lulu ini mah*. “Hei.. kenapa dari tadi kau memasang wajah burukmu itu?”, ucap kim bum mengawali pembicaraan. So eun tak menjawabnya, dia malah tambah parah mencuekkan kim bum. “Hei.. kalau orang bertanya kau harus menjawabnya.. kau tidak sopan sekali, katanya kau mahasiswi yang pintar, tunjukan manner mu!”. Bentak kim bum yang jengkel di cuekan dari tadi. Kemudian so eun menatap kim bum. “Sekarang kau menatapku.. kau mau membuat darahku naik ke ubun-ubun yah?”. Kesal kim bum. “Kau yang telah membuat darahku naik ke ubun-ubun”. Ucap so eun. “lalu apa maumu?”. Tanya kim bum. “Pulangkan aku..!! apa tidak ada orang lain yang bisa kau perdayai.. kenapa harus pengurusmu sendiri, kau bisa mengajak kekasihmu bukan”. Teriak so eun. Kim bum giliran yang diam. “benar juga. Kenapa otaku tak berjalan dengan waras.. kenapa aku harus membawa wanita cerewet seperti dia.. aku tak menyangka dia secerewet ini”. Batin kim bum dengan wajah yang diliputi seribu pertanyaan itu.



“Sudah jam sembilan malam… kau mau mengisi perutmu dulu?? Sepertinya dari tadi kita belum makan”. Ucap kim bum yang masih konsen berkonsentrasi hingga dia tak menyadari mataharinya telah tertidur. Sampai kim bum menoleh kearah samping kirinya, didapatinya so eun tengah tertidur, bagai bayi yang lucu. Kim bum tersenyum kecil, “aish…. Pantas saja tidak ada suara bising dan gerutuan sedari tadi.. dia tidur”. Ucap kim bum sambil tersenyum simpul. Kim bum beberapa detik menoleh kearah so eun, “kau itu manis… tapi aku baru tahu kalau kau begitu cerewet”, ucapnya sendiri diselingi senyuman manisnya. Kim bum pun melihat minimarket, dia memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia menatap so eun, “Apa tidak akan terjadi apa-apa jika aku tinggalkan dia disini sendiri???”, Tanya kim bum pada dirinya sendiri, tiba-tiba so eun mau memalingkan tubuhnya namun sepertinya dia susah karena tubuhnya masih terpasang seatbelt. “Kasihan juga.. sepertinya dia susah bernafas”. Ucap kim bum, diapun berinisiatif membukakan seatbelt so eun, namun ternyata tiba-tiba so eun terbangun.



“Kya….......@#$%^&*……”, teriak so eun. Kim bum terkaget-kaget karena teriakan so eun. “Apa yang mau kau lakukan???”. Teriak so eun sambil menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya. “hei..pikiranmu negative sekali terhadapku.. tenang saja kau bukan tipe wanitaku”, teriak kim bum dengan gugup. “Apa yang mau kau lakukan terhadapku?? ayo mengaku saja!!”. Ucap so eun yang masih menutupi tubuhnya. “Aku hanya akan membuka seatbeltmu saja..ah sudahlah…aku mau ke minimarket dulu.. kau tunggu disini”. Ucap kim bum menghindari so eun. Kim bum segera keluar dari mobilnya dan masuk ke minimarket tersebut, dia membeli dua botol minuman dan makanan siap santap. Setelah selesai dia kembali lagi ke mobil. “Ini..makanlah”. ucap kim bum dingin. So eun diam saja, kim bum pun menyimpan makanannya so eun. “makanlah.. kau mau sakit, kau mau membuatku bersalah kalau nanti kau sakit”. Bentak kim bum, “aku masih kesal”. Ucap so eun. “Cepatlah makan…sudahlah bersikap dewasalah..kalau bersamaku kau selalu tampak manja… berbeda sekali jika kau sedang bersama ketiga suadaraku”. Ucap kim bum dingin, so eun menoleh kearah kim bum, kemudian dia mengambil makanannya.


Perjalananpun dilanjutkan, sampai akhirnya mereka memasuki wilayah pedesaan, sawah-sawah yang menghampar luas tak terlihat karena gelapnya malam. “Kau sanggup tinggal disini selama dua hari?”. Ucap so eun tak yakin. “Kau tak percaya?”. Tanya kim bum. “Jika..aku, aku percaya.. tapi kau.. kau selama ini tinggal dalam kemewahan dan bergelimangan harta”. Ucap so eun. “kau lihat saja nanti”. Ucap kim bum meyakinkan. Mereka pun sampai di suatu rumah, yang terhitung besar diantara rumah-rumah yang ada di desa itu. “Ayo turun..!!”. perintah kim bum sambil keluar dari mobilnya. “Aku tidak mau”. Ucap so eun dingin. “Ayo turun!!! Aish.. kau itu menyebalkan sekali”. Bentak kim bum. “Aku mau pulang… kau tahu!”. Kali ini so eun membentak kim bum. “Kenapa kau senang sekali membuatku kesal.. kenapa kalau berbicara denganku kau selalu mencari ribut.. tapi bersama hyun joong..kim joon.. kau baik sekali terharhadap mereka.. wae?”. Bentak kim bum. So eun terdiam mendengar perkataan kim bum. “hoh.. sudahlah terserah kau..kau pilih saja.. kau ikut turun denganku.. atau tidur disini sendirian”. Ucap kim bum sambil berjalan. “Hei.. tunggu!!!!!!!!!! Ya..aku ikut”. Ucap so eun. Kim bum tersenyum datar. So eun segera berlari menghampiri kim bum. “benar-benar tak ada listrik”. Ucap kim bum.


*tok…tok..tok…*

“kalian berdua siapa?”. Sambut seorang nenek paruh baya. “Annyeonghaseyo…”. Ucap keduanya sambil membungkukan. “Choneun kim bum imnida… saya temannya Yong Hwa”. Ucap kim bum. “Yong Hwa… kau temannya cucuku?”. Tanya nenek Yong. “Ye…”. Jawab kim Bum. “ayo masuk..ayo masuk”. Ucap nenek kegirangan. “jagiya (Suamiku).. ada temannya Yong Hwa”. Ucap nenek. Mereka berduapun duduk di ruang tengah. So eun tenang duduk disamping kim bum. “Jadi kalian temannya cucuku? ya Yonghwa sudah jarang sekali datang kemari..kami merasa kesepian.. untung kalian datang..”. ucap Kakek jang. Keduanya mengangguk. “Kalau gadis itu siapa?”. Tanya kakek jang lagi. “Choneun Kim So Eun imnida”. Ucap so eun dengan hormat. “Dia kekasihmu?”. Tanya kakek pada kim bum. “Tidak.. kami teman satu universitas”. Jawab kim bum lantang sambil mengibaskan tangannya tanda menyangkal.



Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Seorang pria berusia sekitar 30 tahun masuk kedalam. “Haremoni..”. sapanya. “Dang sao.. ayo kemari”. Ucap Nenek. “Wah.. sepertinya sedang ada tamu”. Ucap Dang sao. “Mereka cucuku dari seoul”. Ucap kakek. “pengantin baru yah??? Mau berbulan madu di desa??? Sepertinya memang akan lebih sukses”. Ucap Dang sao. So eun dan Kim bum spontan melongo bersama. “Haremoni.. kamsahamnida, kau menengok istriku dan membuatkan dia bubur, jeongmal kamsahamnida”. Ucapnya. “Ne.. aku tahu, kau sedang pergi ke kota untuk berdagang, istrimu sakit.. aku tak tega”. Ucap nenek. “Istriku sudah menganggap istrimu bagai anak sendiri”. Ucap kakek Jang. Dang sao mengangguk sembari menatap kedua penghuni baru itu. “anak muda, malam akan semakin dingin…semaki sukses yah!!! Lilin-lilin akan membuat suasana semakin asyik saja, Fighting!!”. Ucap dang sao pada kim bum, kim bum tambah aneh. Kakek dan nenek tertawa melihatnya. “Sepertinya cucu anda jarang kemari yah nek.. aku baru kali ini melihatnya”. Ucap dang sao. Nenek mengangguk. “Aku harus segera pulang, istriku dirumah hanya bersama haerim.. kalau begitu aku permisi”. Ucap Dang sao sembari beranjak dari duduknya dan membungkukan badan. “paman itu aneh sekali… bicaranya begitu cepat, sampai aku tak bisa berbicara”. Ucap kim bum berbisik. So eun langsung spontan menutup dadanya. Kim bum melirik aneh.


Beberapa saat mereka mengobrol, waktu sudah malam, merekapun siap-siap untuk tidur, sambutan dari kakek dan neneknya Yong hwa begitu hangat membuat mereka berdua tak canggung di rumah itu. So Eun terlihat sibuk membereskan tempat tidur untuknya dan untuk kim bum. Tiba-tiba kim bum masuk kedalam kamar yang telah dirapihkan oleh so eun. “kau sekarang bisa beristirahat.. aku telah menyiapkannya..kalau masih butuh lilin panggil saja aku”. Ucap so eun. Kim Bum mengangguk. So eun dan nenek Yong pergi keluar dari kamar kim bum, mereka beralih ke kamar untuk so eun. Letaknya tepat disamping kamar kim bum, hanya dipisah selembar bilik. “Gadis cantik… pria tampan..”. ucap nenek Yong. “Apa nek?”. Tanya so eun sambil tengah sibuk membereskan kasur lipatnya. “Dia tampan sekali yah”. Ucap nenek Yong. So eun tersenyum kemudia mengangguk. Ternyata pembicaraan mereka terdengar oleh kim bum. Kim bum tersenyum kecil dikamarnya. “Kau yakin dia hanya temanmu?”. Tanya nenek Yong. “Nenek…. Kami berteman”. Ucap so eun. “jangan membohongi orang tua, wajahmu terlalu polos untuk melihat suatu kebohongan”. Ucap nenek. “Apa maksud nenek???”. Tanya so eun. “Sudahlah..kau tidur!!!”. Ucap nenek sambil keluar dari kamarnya so eun.

***




Keesokan harinya so eun sudah terbangun, udara sejuk membangunkanya pagi itu. Dia segera keluar dari kamarnya segera mandi dan bersiap di dapur. “Nenek..aku bantu memasak yah”. Ucap so eun sambil menghampiri nenek Yong. “Andwe… kau pergi saja bangunkan temanmu.. sebentar lagi juga selesai.. nenek paling tidak bisa memasak dengan orang lain”. Ucap nenek. So eun mengangguk dan berjalan membangunkan kim bum. “Bukankah kemarin-kemarin dia sudah bisa bangun sendiri, kenapa sekarang dia malas lagi..huh…”. ucap so eun sambil menyusuri kamar. Diapun masuk kedalam kamar kim bum. “Ayo..bangun..ayo…”. ucap so eun sambil menggoyang-goyangkan tubuh kim bum. Kim bum masih terlelap tidur. “Hei..bangun..”. ucap so eun sekali lagi, kim bum masih belum bangun juga. “Hah.. dasar, sifatnya muncul lagi”. Ucap so eun sambil menatap kim bum, senyuman kecil mulai terbentuk di bibir so eun, “Kau itu tampan.. ketika tidur pun kau tetap tampan”. Bisik so eun, tiba-tiba senyuman licik terbentuk di bibir kim bum, diapun membuka matanya. “Hei… jadi dari tadi kau sudah bangun?”. Teriak so eun. “Kau bilang apa barusan??? Kenapa kau telat sekali menyadari kalau aku itu tampan?”. Ucap kim bum, so eun tampak pucat. “Siapa yang bilang kau tampan.. sudahlah telingamu harus dibersihkan lagi”. Ucap so eun dengan tergagap-gagap. “Aku memang tampan.. sampai kapanpun ketampananku tidak akan hilang… kalau tampan ya tampan”. Ucapnya jail. “ketampanan atau kecantikan seseorang tidak akan ada yang abadi… kalau sudah tua, tetap saja keriput”. Ucap so eun. “bayangkan saja, aku meskipun sudah tua akan tetap tampan”. Ucap kim bum.



So Eun mulai membayangkan kim bum dimasa tua, “Dia memang tampan, meskipun wajahnya memucat, kelopak mata sudah terbentuk, rambut sudah memutih, tapi dia tetap gagah”, batinnya membayangkan kim bum. “Bagaimana?”. Tanya kim bum. “kau sudah membayangkannya?”. Sambungnya lagi, so eun bergidig, “Ah.. sudahlah.. seperti anak kecil saja, cepat bangun lalu kita sarapan”. Ucapnya sambil beranjak keluar. “Dasar gadis aneh”. Ucap kim bum.




Diapun segera mandi dan bergabung sarapan. “kami akan keluar rumah.. kalian ikut kami yah”. Ucap kakek Jang. “Odiro (kemana)?”. Tanya kim bum. “Ke sawah… hari ini kami akan panen padi.. kalian ikut saja”. Ucap Nenek Yong. “Wah..asyik sekali.. hey…kita ikut yah”. Ucap so eun sambil menatap kim bum. Kim bum balas menatap so eun dingin. “Biar para lelaki yang memanen, kita nanti akan membantu membereskannya”. Ucap nenek pada so eun.



Merekapun telah sampai di sawah, kim bum menatap sekelilingnya. “Susah untuk dibayangkan.. “. Ucapnya sambil komat kamit. “Hei… kau yakin kau bisa memanen padi?”. Sapa so eun dari belakang. Kim Bum menoleh, “kau tidak percaya… berani taruhan denganku?”. Sinis kim bum. “Mwo???”, kaget so eun. “kalau aku berhasil membantu memanen padi, kau harus mengabulkan permintaanku, kalau aku tidak bisa maka aku akan mengabulkan permintaanmu”. Ucap kim bum. “Baiklah… “. Ucap so eun tanda setuju. Kim bum tersenyum sinis. “Sso-ah kau juga harus ingat, aku masih mempunyai nama, jadi jangan panggil aku dengan sebutan *Hei*.. araso!”. Ucap kim bum dingin. “Meski apapun juga kau tetap majikanku.. aku tidak bisa memanggil namamu”. Ucap so eun. “Bukankah aku pernah mengatakan, kita hanya 2 hari saja seperti ini”. Ucap kim bum. So eun terdiam, “Sudahlah sana kau memanen..!!”. ucap so eun, kim bum berjalan pergi. “Aku harus yakin, aku bisa melakukan hal aneh seperti ini.. aku baru tahu ini asal muasal makanan yag setiap hari aku makan.. bentuknya aneh sekali”. Ucapnya.



“Siapa pemuda itu pak?”. Tanya paman Ming yang juga akan bekerja memanen, “Dia cucuku dari seoul.. dia ingin membantu memanen”. Ucap kakek Jang, “ Pasti wanita itu istri dari cucu anda pak”. Ucap paman Ming, Kakek tersenyum kecil mendengarnya, kemudian kim bum menghampiri kakek. “hareboji… kapan kita akan memanen?”. Tanya kim bum. Paman Ming memberikan salam pada kim bum, begitupun kim bum. “Istrimu cantik sekali anak muda”. Ucap paman Ming. Kim Bum terdiam mendengar perkataan orang itu. Kim Bum menatap so eun, “Dia…bukan istriku”. Ucap kim bum. “Mianhamnida.. aku kira kalian suami istri”. Ucap Paman Ming. “Aneh sekali, kenapa banyak orang yang mengira dia pasanganku… apa ada yang salah dengan kami??”. Bisik kim bum sambil berjalan menuju sawah.



Acara memanen pun dimulai, kim bum awalnya mulai terlihat aneh dengan segala peralatan yang ada, secara dia tidak pernah sekalipun melakukan hal ini, hal yang diluar bayanganya. So eun yang memperhatikanya merasa lucu juga, sesekali dia tertawa, sambil memegang botol minuman dan handuk kecil berwarna biru, tidak salah lagi itu semua pasti untuk kim bum. Nenek Yong berjalan menghampiri so eun. “kau tahu, wajah tidak bisa berbohong.. mata salah satu yang bisa menjawabnya”. Ucap nenek Yong. “Aku tidak mengerti”. Ucap so eun sambil mengerutkan dahinya. “tatapan matamu itu… nenek bukanlah orang yang bodoh”. Ucap Nenek Yong. So eun menatap nenek Yong. “kau tahu, baginya..kau diibaratkan sebuah bunga edelweiss”. Ucap nenek Yong sambil menunjuk kearah kim bum yang sedang kehebohan karena tidak bisa memotong padi, so eun seketika tersenyum melihat tingkah lucu kim bum. “Bunga edelweis?”. Tanya so eun kebingungan. “Edelweis… mempunyai makna keabadian dan pengorbanan.. kau akan memberikan kebahagiaan yang abadi untuk dia, namun untuk itu dia harus berkorban untuk mendapatkanmu”. Ucap nenek. So eun semakin terbatas saja otaknya.


“Bunga edelweis adalah bunga abadi, bunga yang tidak akan pernah layu seperti bunga-bunga yang lain, namun untuk mendapatkan bunga edelweis kita harus berkorban, melawan dinginnya suhu di ketinggian, terjalnya lereng dan tingginya gunung hanya untuk mendapatkan hasil akhir yang baik, sebuah bunga edelweis, Bunga yang susah untuk didapatkan. Dan hanya orang yang mempunyai tekad yang kuat dan yang tak pantang menyerah yang bisa mendapatkannya”. Ucap nenek, mendengar perkataan nenek, so eun tersenyum. “Sso-ah, kemarikan minumannya.. panas sekali”. teriak kim bum di tengah sawah, so eun berjalan memberikan minumannya itu, kim bum mengelap keringatnya, setelah itu mengalungkan handuknya di leher. “Ini minumnya”. Ucap so eun sambil memberikan botol minuman itu pada kim bum. Mereka mulai terlihat akrab, nenek Yong tersenyum melihat mereka berdua. “Aku menang taruhan itu kan?”. Tanya kim bum, so eun mengangguk. “Aku sempat tidak percaya kau bisa melakukanya..”. ucap so eun. “Mereka memang tidak terlihat seperti teman”. Ucap nenek.



Malamnya mereka terlihat sedang makan malam berempat. “kakek tidak menyangka pemuda kota bisa juga memanen padi”. Ucap kakek Jang. Kim bum tertunduk. “Kau hebat sekali, selain tampan tampaknya kau juga pintar”. Ucap nenek. So eun ikut tersenyum menatap kim bum. “Sekarang semakin jelas saja”. Ucap nenek. Kim bum dan so eun reflex menatap nenek. “kemarilah!!!”. Perintah nenek pada so eun, so eun pun beranjak duduk disamping nenek. “Lihatlah dia.. kau bisa melihatnya?”, Tanya nenek pada so eun. So eun menatap kim bum. “Bum-ah.. kau tak bisa lagi menutupinya”. Ucap nenek. Kim bum menatap, “Lihatlah wajah dia… dia mempunyai suatu rasa yang lain untukmu”. Ucap nenek, membuat kim bum salting.



“rasa apa??? Tidak ada apa-apa”. Ucap kim bum. “Kau tak mengakuinya… terus menyangkal tidak akan bisa menutupinya.. benarkan, lihat wajahnya mulai pucat”. Ucap nenek pada kim bum, so eun nyengir melihat kim bum. “Kenapa kau tertawa seperti itu??? Senang kau melihat semua ini?”. Bentak kim bum. “wae???? Kau merasa yah?”. Tanya so eun, nenek tersenyum. “Liat wajah dia…ayo!”. Perintah nenek pada so eun. So eun malah ketawa melihat ekspresi kim bum yang terus mengelus hidungnya, *tanda salting.. pengalaman author…*



***

“Kenapa dari tadi pagi aku tidak melihat kim bum, pengurus Kim juga mana?”. Tanya kim joon pada pengurus Yong Rong. “Tuan muda dan pengurus belum kembali tuan”. Ucapnya. “Mwo??? Dari kemarin malam mereka belum pulang?”. Kaget kim joon. “Kemana mereka???”. Tanya kim joon pada dirinya sendiri. “Coba hubungi pengurus Kim”. Perintah kim joon. “Sudah saya coba tadi siang tuan, tapi tidak aktif”. Ucap pengurus Yong Rong. “Apa terjadi sesuatu dengan mereka?”, khawatir Kim joon. Kim Joon segera menghubungi nomor handphone kim bum, tapi sama tidak aktif. Kim Joon gelisah karena hal itu. “Kalau sampai besok mereka belum kembali, tampaknya aku harus turun tangan”. Ucap kim joon.



Sementara itu kim bum tengah duduk di luar rumah. Datang so eun menghampiri kim bum. “kau menginginkan apa dariku?”. Tanya so eun memecah lamunan kim bum. “Kau…!!”. Dingin kim bum. “Bawakan aku bunga edelweis”. Ucap kim bum datar. “Mwo?? Bunga edelweiss..?”. Tanya so eun. “Ne.. aku ingin tahu sejauh mana pengorbananmu untuk majikanmu ini”. Ucap kim bum. “Katanya sekarang kita bukan majikan dan pengurus”. Ucap so eun. “Tidak berlaku untuk ini”. Ucap kim bum dengan senyum liciknya. “deal??”. Tanya kim bum sambil mengulurkan tangan. “Deal”. Sambut so eun sambil menyipitkan matanya dan menjabat tangan kim bum, “Ouh.. tanganmu kenapa??? Pasti karena tadi memanen padi. Tunggu disini yah”. Perintah so eun yang langsung berlari ke dalam. Tak lama dia datang sambil membawa bedak tabur. Dia menaburkan bedak itu di tangannya dan meletakan telapak tangan kim bum diantara tangannya yang sudah di balut bedak, dia menggesek-gesekkan kedua telapak tangannya pada tangan kim bum. “Hei.. apa yang sedang kau lakukan?”. Tanya kim bum keheranan. “Mungkin ini bisa sedikit melembutkan kembali kulitmu”. Ucap so eun, Nenek Yong dari dalam hanya memperhatikan sambil tersenyum. “mereka memang hanya membutuhkan waktu.. waktu untuk bersama serta waktu untuk menyadari”. Ucap nenek.



Keesokan harinya. “Kau jangan kemana-mana”. Teriak kim bum dari dalam kamar mandi. “De..De.. dasar aneh, kenapa setiap kali kau mandi harus aku yang menjaga pintunya?”. Kesal so eun sambil komat kamit. “Kau tahu, kemarin saja ada ibu-ibu yang berniat ingin melihat aku mandi.. aku tidak rela kulit mulusku ada yang melihat”. Ucap kim bum. “Sudah..sudah, mandi saja.. cepatlah.. aku harus ke pasar setelah tugas aneh ini”. Ucap so eun. Kim bum pun meneruskan ritual mandinya. Karena insiden kemarin dia yang akan diintip ibu—ibu dia jadi paranoid, dan meminta so eun untuk menjaga pintu kamar mandi terbuka itu. Setelah selesai mandi kim bum baru menyadari kalau dia lupa membawa anduk. “Sepertinya aku lupa membawa handuk”. Ucap kim bum terbata. “mwo???? Hoh.. kau itu menyusahkan saja.. de..de. tunggu aku bawa dulu”. Ucap so eun sambil langsung berlari kedalam membawa handuk. “Ini handuknya, aku lemparkan aja keatas, kau tangkap!”. Ucap so eun. Kim bum siap-siap menangkap handuk itu. Hap…dan tertangkap. Kim bum keluar dari kamar mandi, so eun menatap kim bum dengan melongo. “Apa yang kau lihat?”. Tanya kim bum sambil menutupi dadanya. “Katanya kau tak ingin ada orang lain yang melihat kulitmu itu!”. Ucap so eun. “Sudahlah.. tidak ada yang bisa dlihat darimu, dadapun tidak bidang”. Sinisnya sambil berjalan menuju dapur.


Tak lama so eun disuruh membeli sayuran ke pasar rakyat yang jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar 500m bisa ditempuh dengan berjalan kaki. “Kau temani dia!”. Perintah nenek. “Untuk apa?”. Tanya balik kim bum. “Dia perempuan.. jangan berpura-pura tidak perduli untuk hal yang kau perdulikan”. Ucap nenek, kim bum menatap nenek. Kim bum berjalan menemani so eun kepasar. “Untuk apa kau disini?”. Tanya so eun. “nenek yang menyuruhku.. jangan berpikir apa-apa…”. Ucap kim bum, so eun mengangkat kedua bahunya. “kemarin malam tampaknya kau senang melihat aku dipojokan oleh nenek Yong?”. Ucap kim bum datar. “Aniyo… jangan mencari kerusuhan pagi-pagi”. Ucap so eun. Merekapun sampai ke pasar sayuran itu. Untuk pertama kalinya kim bum ketempat seperti ini, dia terus saja menjinjitkan kakinya. So eun ketawa melihat tingkah kim bum.



Para pedagangpun banyak yang mengerumuni kim bum karena dia tampan dan lucu, kasihan kim bum hanya terus berada di samping so eun. Akhirnya ide gila muncul, kim bum memeluk so eun supaya orang-orang berpikir dia kekasih so eun dan menghindari kim bum. So eun marah dengan aksi kim bum. “Diam saja.. !!”. perintah kim bum pada so eun. “Awas kalau kau aneh-aneh, lepaskan pelukanmu..aku kepasar untuk belanja sayur bukan untuk berpelukan”. Ucap so eun, kim bum melepaskan pelukanya, dan kemudia beralih menggenggam tangan so eun. “Bibi… maaf yah, jangan ganggu…mmm..jangan..ganggu..”. ucap so eun. “Ganggu apa??? Kakakmu tampan sekali”. Ucap ibu-ibu di pasar itu. “Aku bukan kakaknya!”. Bentak kim bum. “Jangan ganggu suami saya”. Ucap so eun reflex, kim bum kaget dibuatnya. “Oh.. dia suamimu, aku kira kalian saudara kembar karena mirip”. Ucap ibu-ibu. “ yeoboya (istriku) ayo cepat belanjanya!!”. Ucap kim bum yang seperti memaksa so eun untuk cepat keluar dari pasar itu. “Jagiya (suamiku) aku tidak bisa belanja kalau kau terus menggenggam tanganku”. Ucap so eun sambil menatap tajam kim bum. Kim bum pun melepaskan genggamannya. “Ini hal terbodoh yang pernah aku lakukan”. Batin kim bum.


Selesainya mereka pulang kembali bersama. “Nampaknya kau betah disini”. Ucap kim bum. “Ne.. maafkan aku kemarin-kemarin, aku tak menyangka”. Ucap so eun. “masih ingin pulang?”. Tanya kim bum. “rasanya ingin selalu seperti ini.. ada nenek, kakek.. kau juga asyik”. Ucap so eun sambil menatap kim bum. “apa maksudmu? Bisa kah kau memanggil namaku?? Susah sekali”. Tanya kim bum dingin. “Tidak bermaksud apa-apa, lupakan saja!”. Ucap so eun tersenyum manis. “Kita akan pulang hari ini.. karena nanti malam pasti kakek sudah ada dirumah”. Ucap kim bum. “terimakasih untuk semuanya”. Ucap so eun sambil tersenyum.



Merekapun sudah berpamitan dengan kakek dan nenek. “katakan pada Yong Hwa, dia harus sering mengunjungi kakek dan neneknya..selagi kami masih hidup”. Ucap kakek jang. “Ye..hareboji.. akan aku sampaikan”. Ucap kim bum. “Aku pamit dulu.. terimakasih untuk semuanya”. Ucap kim bum sambil membungkukan badannya. “Ye..haremoni.. kamsahamnida”. Sambung kim bum. Kim bum berjalan menuju mobilnya. Giliran so eun yang berpamitan dengan kakek dan nenek. “haremoni.. nanti aku akan kembali lagi kesini yah”. Ucap so eun sambil memeluk nenek. “Ne..ne.. sudah jangan begini, lihat dia sudah menunggumu pulang”. Ucap nenek. “terimakasih untuk 2 hari ini.. aku sangat senang”. Ucap so eun. Mereka berduapun pulang. Kim bum pun menjalankan mobilnya dengan kencang, so eun sampai berpegangan. Mereka pun berhenti dulu di rumah Yong Hwa untuk mengambil handphone mereka, lalu lanjut ke rumah. So eun segera mengaktifkan handphone nya. “Nomor rumah dan tuan muda kim joon menghubungiku… sudah kuduga…semua ini”. Ucap so eun. “Kim Joon.. sedekat itukah mereka?”. Batin kim bum.


Merekapun sampai dirumah. Kebetulan Kim Joon tengah berada di ruang tengah. “Bum-ah.. akhirnya kalian pulang juga, kalian dari mana?”, Tanya kim joon. “Oh.. itu rahasia, yang jelas pengurus Kim kembali dengan selamat bukan?”. Ucap kim bum datar sambil ngeloyor pergi ke kamarnya. “pengurus kau bisa menjelaskannya?”. Tanya kim joon pada so eun. So eun menceritakan kalau mereka pergi mengunjungi nenek dan kakek temannya kim bum. “Untung..aku belum menghubungi kepolisian, kalau sampai.. sepertinya ini akan menjadi skandal.. lain kali hati-hati untuk melakukan sesuatu, kenapa handphone pengurus tidak bisa dihubungi?”. Tanya kim joon. “Habis baterainya tuan”. Ucap so eun. “Tuan muda, saya permisi dulu kebelakang”. Ucap so eun sambil pergi ke dapur. “untunglah mereka sudah pulang, aku bisa konsen lagi latihan”. Ucap kim joon.


Malamnya, seperti yang sudah direncanakan, kakek, min ho dan hyun joong sudah tiba dirumah, semuanya menyambut kedatangan mereka. “Anda baik-baik saja tuan?”. Tanya so eun pada Tuan lee. Tuan lee tersenyum puas. “Semuanya berjalan lancar pengurus Kim”. Ucap tuan lee yang segera berjalan menuju kamarnya. Sementara itu min ho menatap pada so eun. “Ini ada oleh-oleh untuk pengurus kim”. Ucap min ho sambil memberikan bungkusan pada so eun. “Khamsahamnida”. Ucap so eun.



Malamnya so eun datang menuju balkon belakang atas suruhan hyun joong. Tak disangka kim bum tak sengaja melihat dari jendela kamarnya. Hyun joong terlihat memberikan kado untuk so eun, sama seperti min ho. “Apa ini tuan?”. Tanya so eun. “Ini gaun..”. ucap hyun joong yang kebetulan so eun juga sedang membuka kadonya. “Untuk apa gaun ini?”. Tanya balik so eun. “datanglah ke pernikahan hwangbo bersamaku.. menjadi pasanganku”. Ucap hyun joong. “Pasangan tuan?”. Tanya so eun keheranan. Tiba-tiba hyun joong langsung memeluk so eun. “Entah mengapa selama aku berada di jepang, pengurus yang kurindukan.. maafkan sikapku ini.. tapi aku mohon biarkan aku memeluk beberapa saat saja melepaskan rinduku”. Ucap hyun joong, so eun terdiam pasrah. Kim bum yang melihat hanya memasang wajah geramnya. “Hyung…”. Ucapnya. “Tuan muda…”. Ucap so eun. “maukah kau menjadi kekasihku?” Tanya hyun joong. Mata so eun melotot saking kagetnya. Untuk beberapa saat mereka terdiam berdua. “Apa tuan memerlukan jawaban dari seorang pengurus seperti saya?”. Tanya so eun. “Jujurlah…!!”. Ucap hyun joong. “Sejujurnya.. saya ingin meminta maaf pada tuan muda, josonghamnida.. jeongmal josonghamnida”. Ucap so eun, hyun joong tersenyum pasrah. “Aku sudah menduganya”. Ucap hyun joong. “Saya sangat menghormati tuan muda, tuan begitu baik, tuan yang menerima keberadaan saya dengan tangan terbuka, selalu hangat kepada saya, tapi saya membalas tuan dengan empedu.. josonghamnida”. Ucap so eun sambil menunduk. “jangan menunduk seperti itu, aku justru lebih senang dengan kejujuranmu”. Ucap hyun joong. “Mungkin kau menganggapku kalaupun lebih menjadi oppamu iya bukan?” Tanya hyun joong sambil menatap so eun, so eun mengangguk. “Kamsahamnida”. Ucap so eun.


***


Siangnya kim bum tengah terdiam menonton berita dikamarnya, hari ini dia belum bertemu dengan so eun. ***Pada hari ini diperkirakan cuaca buruk akan melanda kota seoul bagian selatan, maka bagi anda yang berniat akan bepergian kearah selatan seoul di usahakan untuk lebih berhati-hati. Hujan deras akan turun di sebagian besar wilayah selatan seoul disertai angin kencang, Awan hitam sudah menutupi sebagian besar langit di daerah selatan seoul. Sekian breaking news. Kita akan berjumpa satu jam kemudian dalam Arirang News *** . begitu berita yang kim bum lihat di TV. Kakek, hyun joong dan Min ho sudah berangkat ke kantor. Kim Joon pun keluar latihan untuk persiapan terakhirnya, karena lusa adalah pertandingan perdananya. “Apa hubungan kakak dengan pengurus Kim?”. Tanya kim bum pada dirinya sendiri. Diapun memencet tombol hijau, tombol yang menghubungkannya dengan pengurus Kim. Namun tak ada jawaba dari So eun. “kemana dia??? Kenapa tak mengangkat panggilanku?”. Kesal kim bum. Akhirya dia keluar dari kamarnya, berjalan menuruni anak tangga, sampai dia berada di lantai pertama dan berpapasan dengan pengurus yong.

“Pengurus Yong, apa kau melihat pengurus Kim?? Dari tadi aku memanggilnya tapi tak ada jawaban”. Tanya kim bum. “Tuan tidak tahu yah?? Pengurus Kim memang sedang keluar”. Ucap pengurus Yong. “Keluar?? Pergi kemana pengurus Kim?”. Tanya kim bum dingin. “tadi sebelum pergi pengurus Kim sempat bertanya pada saya, gunung mana yang kemungkinan terdapat bunga edelweis, dan saya mengatakan di Gunung Gwon”. Ucap pengurus Yong, raut wajah kim bum mulai memucat. “jadi kemungkinan besar pengurus Kim kesana.. tapi saya tidak tahu apa pengurus Kim akan mendaki atau tidak, padahal diberitakan cuaca di seoul selatan buruk”. Ucap pengurus Yong. “ Gu..gunung Gwon???? Bunga..bunga edelweiss??”. Tanya kim bum dengan wajah khawatir. “ye.. tuan muda, kenapa memangnya?”. Tanya pengurus Yong. “kau yakin pengurus kim pergi kesana??? Sungguh?”. Tanya kim bum, kini gurat kehawatirannya sangat teramat terlihat. Pengurus yong yang heran hanya mengangguk saja. Kim Bum langsung berlari ke kamarnya, dia mengambil jaket dan kunci mobilnya, dia berlari sangat cepat, langsung saja dia masuk kedala mobil dan menjalankan mobilnya begitu cepat. “pengurus Kim, kau selalu saja sukses membuatku khawatir”. Ucap kim bum dengan penuh kekhawatiran. Ditatapnya langit di seoul bagian selatan begitu diselimuti awan hitam.


^^To Be Continued^^


Apa yang akan terjadi selanjutnya?? Akankah so eun menemukan bunga edelweiss dan apakah kim bum dapat menemukan kim so eun di gunung Gwon dengan cuaca yang buruk itu. Adakah mereka akan terjebak dalam badai hujan???


Tunggu Lanjutannya dalam 4 Loves 1 True Love Part 6.


Davichi - Opening and Ending My Fair Lady (OST My Fair Lady).mp3

get more free mp3 & video codes at www.musik-live.net

1 komentar:

korean sky mengatakan...

wah,, gmana yah nasib'y so eun..??!!
ahh,, knapa kimbum'y mndi d kamar mndi yg gk ada pntu'y??!!

hdeh,, aQ'y kagak usah banyak ngemeng lgi ajja yah...
langsung lnjut ajja ke part 6'y..
coz,, nie FF udah ampe final, tpi aQ'y bru taw brita'y...
hdeh2,, kemane ajja sih kmuw moz??!!
okey deh lnjut ajja...

Posting Komentar